6 Alasan kenapa pilih KB IUD

Assalamaualaikum

Memilih kontrasepsi setelah melahirkan tentu tidaklah mudah, terlepas ini adalah pengalaman pertama kami menggunakan kontrasepsi. Belum lahiran aja saya udah di cecar sama pertanyaan "nanti abis lahiran lu mau pasang KB apa ka?". Sebetulnya sih saya dan suami sudah browsing-browsing menganai apa itu KB dan jenisnya dan yang tepat untuk kami yang mana. Ngga jarang juga saya suka tanya temen-temen atau sanak keluarga lain yang sudah menggunakan kontrasepsi. Dan saya takjub mendengar komentar tentang pengalaman mereka menggunakan kontrasepsi pilihannya. Tapi saya jadi semakin mantap dengan pilihan saya yaitu IUD.

Sebetulnya yang namanya KB cocok-cocokan sih ya. Ibarat kayak kita cari skin care. Jadi semua berita miring tentang IUD ya saya catet satu-satu dan TANYA PADA AHLINYA. Kenapa kok di capslock? karena banyak yang pada sotoy alias sok tau kata tetangga saya beginilah, kata tante saya begitu, kata si anu kata si pulan katanya katanya dan katanya, belom lagi yang baca berita-berita di internet yang belum tau pasti kebenarannya udah di telen mentah-mentah. Sebetulnya bukan untuk permasalahan IUD aja, begitu juga dengan kontrasepsi lain. Mau pil, mau suntik, mau implan kenali plus minus nya dan sesuaikan dengan kebutuhan serta konsultasikan kepada ahlinya. So saya ngga mau kerasukan sama omongan entah berantah itu dan lebih memilih konsultasi sama nakes mengenai plus minus dari kontrasepsi yang akan saya pilih. Nah back to topic, kenapa saya pilih IUD, berikut alasannya :

1. IUD tidak mengganggu produksi ASI

Ini adalah alasan utama saya kenapa pilih IUD, karena saya berencana untuk menyusui Abel selama 2 tahun, saya nggak mau di tengah perjalanan asi saya seret atau malah berhenti. 

2. Ngga bikin Gemuk dan Haid teratur (Non hormonal).

Apa maksud nggak hormonal, ya nggak mengganggu hal-hal yang berbau hormon, seperti produksi asi seperti di atas, siklus haid teratur, nggak bikin gemuk dan jerawatan. Tapi ya balik lagi ya ke masing-masing perempuan, kalau KB itu cocok-cocokan, so far saya merasakan benefit dari yang di sebutkan di atas. Seperti siklus haid yang lancar, nggak gemuk-gemuk amat walaupun berat badan tetep naik pasca menyapih asi, tapi masih dalam batas wajar karena saya nggak diet-dietan, yoga atau fitnes dan sejenisnya. Trus nggak panen jerawat , walaupun masih suka dateng tapi ya pas mau mesntruasi  aja dan cuma sebiji dua biji doang. 

3. Saya pelupa!

Nah ini penting banget buat yang pelupa seperti saya. Saya mengindari sekali kontrasepsi yang terjadwal dan teratur karena pikunan saya tergolong parah. Untuk minum obat dokter segede jengkol aja suka lupa apalagi minum pil KB yang secuil itu, belum lagi harus pas jadwal minumnya hohoho saya angkat tangan \*_*/ . Atau yang pakai sistem tanggalan. Tanggal gajian aja saya suka lupa gimana tanggal menstruasi coba. Iya kalau tanggalnya teratur, kalau salah hitung duh gawatt hixx. 

4. Saya takut Jarum suntik x_x .

Alasan klise sih, tapi untuk yang phobia jarum suntik kayak saya, disuntik adalah hal yang paling menakutkan malah bisa sampe pingsan. Untuk ambil sample darah saja saya sampai berunding dulu dengan petugas lab, harus cepat lah nyuntiknya, jarumnya yang kecil aja lah, belum lagi sayanya udah keburu pucet bin lemas karena takut, sampai tensi saya naik. Kebayang kan kalau saya harus suntik sebulan sekali atau 3 bulan sekali, bisa-bisa baru sampai parkiran rumah sakit saya udah pingsan duluan. 

5. Presentase kemungkinan kehamilan kecil.

IUD memiliki presentasi kemungkinan kehamilan yang relatif kecil di bandingkan dengan KB yang lain, karena saya mau jarak usia Abel ke adiknya sekitar 2-3 tahun, saya rasa pilihan saya tepat memilih kontrasepsi ini.

6. Praktis

Jelas aja praktis, karena abis pasang, udah deh aman tentram sampe bertahun-tahun. Tinggal kontrol aja sesuai anjuran dokter bisa tiga bulan sekali atau 6 bulan sekali sesuai lamanya pemasangan. Ngga perlu rutin per bulan dateng ke nakes. Minum obat tiap hari. Dan kalau di hitung-hitung justru malah lebih murah kan biayanya. Besar di awalnya aja , iya besar biayanya dan besar nyalinya untuk pasang. Pasang IUD itu takut-takut berani. Kalau di bayang-bayangin jujur saja saya takut, masukin benda asing ke dalam rahim tanpa bius sama sekali pasti nyeri dong ya, tapi yg lebih takut lagi kalau saya kebobolan sementara Abel masih kecil dan masih menyusui, akhirnya saya berani-beraniin aja dan alhamdulillah ngga sampe 15 menit sudah terpasang. Saya dan suami emang ngga mau repot. Selama rajin kontrol sesuai jadwal dokter insha allah semua lancar-lancar aja. 

Setiap pasangan suami istri punya kebutuhan dan kesepakatan masing-masing tergantung kondisi setiap pasangan. Apapun jenis kontrasepsi yang kita pilih tentu harus di kenali dulu plus minusnya dan konsultasikan bersama suami ke ahlinya. Yuk jadi pasutri bijak ;)

Thanks for reading xoxo,

Regards,

Errika Ayu.